EKSTRAK TANAMAN YANG EFEKTIF DALAM PENYEMBUHAN GINGIVITIS

Oleh : Nesti Widya Meitria (P07125216007
Sarjana Terapan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Di indonesia, kesadaran tentang kebersihan gigi dan mulut masih sangat rendah. Mayarakat masih belum memahami betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Akibatnya masih banyak sekali penyakit periodontal yang timbul di masyarakat. Dikutip dari artikel (Fajar Prasetya, 2013) Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan prevalensi masalah gigi dan mulut tiap provinsi di Indonesia, yaitu lima provinsi dengan prevalensi masalah gigi dan mulut tertinggi adalah Gorontalo 33,1%, Sulawesi Tengah 31,2%, Aceh 30,5%, Sulawesi Utara 29,8%, dan Kalimantan Selatan 29,2% sedangkan Kalimantan Timur menduduki peringkat ke 24 dari 33 provinsi dengan angka kejadian sebesar 21,6%. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi (Depkes RI, 2008).
(Diana Mirna M., Linda D. Oktavianti, Nia Kurniawati Subita, 2005) berpendapat rendahnya  status   higiene   mulut   ini  dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai  pentingnya  menjaga   kesehatan   mulut, banyaknya  sikap/perilaku/kebiasaan   hidup   yang tidak   higienis  ataupun   karena   kesalahan   dalam melakukan  tindakan  penjagaan  kebersihan  mulut, misalnya cara  yang tidak  tepat  dalam  menggosok gigi.   Faktor ekonomi juga memiliki andil besar,. di samping kurangnya upaya-upaya promotif mengenai pentingnya  kesehatan  gigi  dan  mulut  di  daerah tersebut.
Salah tau penyakit periodontal yang masih banyak terjadi di masyarakat adalah gingivitis. Menurut artikel (Ayu, Indraswary, & Christiono, 2014) Gingivitis merupakan peradangan yang terjadi pada gingiva, muncul sebagai akibat dari timbunan plak. Plak terdiri dari koloni bakteri yang terus tumbuh dan dapat mengiritasi gingiva. Aggregatibacter actinomycetemcomitans positif ditemukan pada plak yang akan menjadi penyebab utama gingivitis maupun periodontitis.
Gingivitis atau biasa disebut dengan radang gusi adalah pembengkakan yang terjadi pada gusi yang di tandai dengan gusi berwarna kemerahan, terkadang berdarah dan terasa perih. Gingivitis juga dapat menyebabkan bau mulut. Hal ini dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada penderita.
Obat tradisional saat ini menjadi alternatif lain untuk pengobatan yang lebih murah dan berasal dari alam sekitar. Berikut adalah beberapa ekstrak yang terbukti ampuh untuk mengatasi gingivitis.
1.Ekstrak daun pepaya (Carica Papaya L.)
Menurut artikel yang di tulis oleh (Arzanudin, Hafid Nur., 2015), daun pepaya mengandung senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid yang memiliki efektivitas antibakteri pada daun, akar, dan kulit batangnya. Mengandung polifenol pada daun dan akarnya, serta mengandung saponin pada bijinya. Menurut hasil penelitian Irsya (2013) serta jati dan Manitis (2013), konsentrasi 40% ekstrak daun pepaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dan Actinomcetemcomitans aggregatibacter karena senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun pepaya dapat mengganggu keutuhan struktur dinding sel bakteri.
2.Ekstrak sereh dan ekstrak cengkeh (Cymbopogon Citratus dan Eugenia Aromaticum)
Ekstrak sereh dan ekstrak cengkeh, maupun kombinasi keduanya efektif terhadap penyembuhan gingivitis dan ketiganya memiliki efektifitas serupa dengan Metronidazole dan Amoxcilin. Sereh mengandung  tannin, flavonoid, dan geranior yang bersifat antibakteri. Cengkeh mengandung minyak atrisi dan senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofinilin, resin dan gom. Eugenol mampu menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
 (Puspaningrum, Hendari, & Mujayanto, 2015)
3.Ekstrak DAUN TEH (Camellia sinensis)
Setelah di lakukan penelitian oleh (Juni Handajani, Widya Asmara, 2004) ditarik kesimpulan bahwa bahan  kumur  ekstrak  teh  hij au konsentrasi 0,5% dapat menurun- kan keparahan gingivitis yang ditandai dengan penurunan kadar slgA saliva. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh bahan kumur teh terhadap respon imun seluler sehingga dapat lebih diketahui  mekanisme  peranan daun teh terhadap gingivitis.
Menurut hasil penelitian (Didi andrianto anwar, Supartinah, 2007) Berkumur dengan ekstrak teh hijau dapat meningkatkan pH saliva, tetapi tidak meningkatkan volume saliva penderita gingivitis.  Ekstrak teh hijau 0,5% memiliki pengaruh lebih besar terhadap kenaikan  pH saliva, dibandingkan  dengan  konsen- trasi 0,25 %.
4.Ekstrak daun jambu mete (Anacardium occidentale   L). 
Dikutip dari artikel oleh (Ayu et al., 2014) ekstrak  daun  jambu mete mengandung flavonoid , tanin, dan triterpenoid. Flavonoid sebagai antiseptik yang bekerja dengan cara denaturasi sel bakteri dan mengganggu kerja membran. Tanin bekerja dengan cara mengerutkan dinding sel, membran sel bakteri dan denaturasi protein. Triterpenoid bekerja dengan   mengikat   senyawa  fosfolipid pada membran sel sehingga akan menyebabkan permeabilitas sel bakteri terganggu.
5.Ekstrak sirih hitam
Dalam artikel yang di tulis oleh (Fajar Prasetya, 2013) di simpulkan bahwa setelah dilakukan uji fitokimia, daun sirih hitam Kalimantan terbukti mengandung golongan metabolit sekunder alkaloid, karatenoid, senyawa fenolik, flavanoid, saponin, tanin, steroid, dan triterpenoid. Senyawa kimia yang diduga berfungsi sebagai antimikroba dalam hal ini adalah tanin, senyawa fenolik, saponin, flavanoid, alkaloid, dan steroid (Lemmens, 1999). Setelah dilakukan uji antimikroba, ekstrak daun sirih hitam terbukti mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji Streptococcus mutans dan Candida albicans.
6.Gambir (Uncaria Gambir Roxb)
Dikutip dari artikel yang di tulis oleh (Sabarni, 2015) Gambir mengandung senyawa Catechin ,Asam Catechu, Tannat, Pyrocatechol, Gambir flouresensi, Catechu merah, Quersetin, Fixed oil, Lilin , dan Alkaloid. Beberapa aktivitas ekstrak gambir sebagian besar disebabkan oleh katekin yang terkandung di dalam gambir. Selain uji aktivitas dari ekstrak gambir, telah dilakukan juga beberapa uji aktivitas dari katekin, diantaranya katekin sebagai antimikroba, sebagai antispasmodik, bronkodilator dan vasodilator serta digunakan pada penderita gingivitis.
Beberapa ekstrak tanaman di atas dapat digunakan untuk kumur secara langsung. Untuk sirih hitam dan gambir sudah di gunakan masyarakt indonesia sejak dulu. Mereka biasa menggunakan daun sirih sebagai penguat gigi, obat untuk menghentikan pendarahan pada gusi, menghilangkan bau mulut dan sekaligus daun sirih dikenal sebagai antiseptik alami. Secara umum dapat dilihat permasalahan terkait dengan gigi dan gusi cukup jarang terjadi pada masyarakat yang menggunakan daun sirih (nyirih) pada daerah sekitar mulut.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad. Menurut hasil penelitian oleh (Sari, 2006) penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern.
Sekian review dari saya, semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.

Arzanudin, Hafid Nur.,  et al. (2015). 34 Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya, Linn.) Terhadap Penurunan Indeks Gingivitis Pada Pemakai Alat Ortodontik Cekat, 2, 35. Retrieved from http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/odj/article/view/435/362
Ayu, N. D., Indraswary, R., & Christiono, S. (2014). EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU METE (Anacardium Occidentale L) TERHADAP PERTUMBUHAN Aggregatibacter Actinomycetemcomitans PADA GINGIVITIS - In Vitro. Odonto Dental Journal, 1(1), 44–48.
Diana Mirna M., Linda D. Oktavianti, Nia Kurniawati Subita, G. P. (2005). KONTRIBUSI HIGIENE MULUT TERHADAP TIMBULNYA ACUTE NECROTIZING ULCERATIVE GINGIVITIS (ANUG). Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 12(2), 46–49. https://doi.org/10.1080/10517120903000439
Didi andrianto anwar, Supartinah, J. H. (2007). Efek Kumur Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis) Terhadap Derajat Keasaman dan Volume Saliva Penderita gingivitis. Indonesian Journal Of Dentistry, 14(1), 22–26.
Fajar Prasetya, A. C. N. (2013). AKTIVITAS GEL MULUT BERBAHAN AKTIF EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM KALIMANTAN SEBAGAI ANTIMIKROBA PENYEBAB RADANG GUSI (Gingivitis) DAN GIGI BERLUBANG (Caries). J. Trop. Pharm. Chem., 2(3), 146–151.
Juni Handajani, Widya Asmara, R. T. T. (2004). EFEK EKSTRAK DAUN TEH (Camellia sinensis) KONSENTRASI 0,5°/o TERHADAP KADAR sigA PADA SALIVA PENDERITA GINGIVITIS. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 11(1), 17–23.
Puspaningrum, E. F., Hendari, R., & Mujayanto, R. (2015). 47 Ekstrak Cymbopogon Citratus Dan Eugenia Aromaticum Efektif Untuk Penyembuhan Gingivitis. ODONTO Dental Journal, 2, 47–51.
Sabarni. (2015). Teknik pembuatan gambir (Uncaria gambir Roxb) Secara Tradisional. Journal of Islamic Science and Technology, 1(1), 105–112.

Sari, O. L. kumala. (2006). Pemanfaatan Obat Tradisional Dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, III(1), 1–7. https://doi.org/10.7454/PSR.V3I1.3394

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI PADA ANAK PENYANDANG DISABILITAS

Efektifitas Penggunaan Topical Application dan Fissure Sealant pada Anak dengan Usia 6-10 Tahun (Nur Fadila_P07125216024)

TOPIKAL APLIKASI FLUOR