FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KARIES PADA ANAK DAN CARA MENCEGAHNYA


Oleh :

Adina Ridha Azhari
(P07125216005)
Sarjana Terapan Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman perungguzaman besi, dan zaman pertengahan. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia.
Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi. Walaupun apa yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjad lubang coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh penyakit itu merusak gigi. Berikut 10 artikel yang membahas tentang factor factor dan cara mencegah karies gigi pada anak:
Penelitian ini dilakukan sebagai studi cross sectional. Dari penilitian didapatkan kesimpulan hasilnya diplot dalam kurva, menunjukkan bahwa pada anak anak dengan status gizi buruk pola kurva lebih tinggi daripada anak anak dengan status gizi yang baik pada usia yang sama (3-12 tahun). Faktor predisposisi paling jelas dalam keparahan kaies adalah saliva. (Gigi et al., 2008)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peranan orang tua dan perilaku anak dalam menyikat gigi dengan kejadian karies anak usia 5-6 tahun di TK Sekar Melati Desa Pal.9 Kecamatan Sungai Kakap Tahun 2015. Jenis penelitian adalah penelitian survey Explanatory Research dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah siswa/i dan orang tua TK Sekar Melati Desa Pal.9 Kecamatan Sungai Kakap yang berjumlah 35 orang. Sampel sebanyak 35 orang siswa/i dan orang tua. Hasil uji statistik dengan menggunakan Product Moment Correlations diperoleh r = 0,580 dengan a/Probabilitas 0,000 untuk variabel peran orang tua dengan perilaku anak, r = -0,501 dengan a/Probabilitas 0,002 untuk variabel peran orang tua dengan kejadian karies dan r = -0,530 a/ Probabilitas 0,002 untuk variabel perilaku anak dengan kejadian karies, karena a/Probabilitas < 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara peranan orang tua dan perilaku anak dalam menyikat gigi dengan kejadian karies anak usia 5-6 tahun di TK Sekar Melati Desa Pal IX kecamatan Sei Kakap kabupaten Kubu Raya. (Husna, 2016)
Karies gigi dan penyakit periodontal sudah mapan dan umum di Indonesia, dan kedua penyakit ini menjadi perhatian utama untuk kesehatan gigi dan mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan perbedaan pada anak-anak dengan dan tanpa karies dalam hal bakteri koloni dalam air liur, dan perubahan sebelum dan sesudah konsumsi minuman berkarbonasi. Penelitian dilakukan pada siswa sekolah dasar Al-Qodiri yang berusia 1012 tahun. Saliva dikumpulkan sebelum dan sesudah konsumsi (selama 2 menit) dari minuman berkarbonasi. T-test digunakan untuk menganalisis hasil. Berdasarkan hasil penelitian perbandingan jumlah koloni bakteri saliva setelah mengkonsumsi minuman berkarbonasi pada anak-anak yang karies dan non karies (usia 6-12 tahun) dapat disimpulkan  bahwa terdapat perbedaan yang bermakna jumlah koloni bakteri saliva antara   anak - anak yang karies dan non karies setelah mengkonsumsi minuman berkarbonasi yaitu sebesar 199,75 cfu dibanding 66,80 cfu dan juga terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok karies maupun non karies setelah mengkonsumsi minuman berkarbonasi. Dalam kaitannya dalam mencegah karies gigi diharapkan dalam mengkonsumsi minuman berkarbonasi hendaknya frekuensinya untuk dikurangi karena terbukti dapat meningkatkan jumlah koloni bakteri saliva yang nantinya dapat mencegah terjadinya karies gigi. (Prasetya, 2013)
Karies lebih banyak ditemukan pada orang dengan status sosial ekonomi  rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi dengan kejadian karies pada gigi sulung anak usia 4 dan 5 tahun pada murid TK Adzkia II, TK Lillah, dan TK Mutiara Ananda di Kota Padang. Penelitian ini bersifat observasi analitik menggunakan metode cross sectional. Populasi penelitian ini adalah murid TK Adzkia II, TK Lillah, dan TK Mutiara Ananda yang berumur 4-5 tahun atau murid lokal A yang berjumlah sebanyak 59 orang, sampel yang diteliti 57 orang. Metode pengambilan data primer yaitu dengan melakukan wawancara dengan orang tua dan pemeriksaan status karies responden. Hasil penelitian menunjukkan status sosial ekonomi orang tua dari responden 75,4% tidak miskin dan status karies responden 50,9% baik. Dari responden yang tidak miskin, 46,5% memiliki status karies yang buruk, 53,5% memiliki status karies yang baik. Hasil uji statistik diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna dari proporsi status karies responden dengan pendapatan orang tua responden. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa responden dengan status sosial ekonomi tidak miskin dan status karies baik lebih dominan. (Susi, Bachtiar, & Azmi, 2012)
Hasil analisa statistik menunjukkan tidak  adanya hubungan yang signifikan antara PH plak dengan OHIS  (probabilitas 0,431 > dari 0,05),  nilai -(0,144) dari koefisien korelasi  menunjukkan terjadi  hubungan yang terbalik dan kekuatan hubungan yang lemah antara pH plak dan OHIS. Tidak adanya hubungan yang signifikan anatara ph plak dengan karies gigi pada anak  (probabilitas 0,098) dan lemahnya hubungan itu dilihat dari koefisien korelasi 0,298. (Rezki & Pawarti, 2014)
Faktor risiko karies pada anak terdiri atas faktor risiko langsung, yaitu keadaan rongga mulut anak, dan faktor tidak langsung, yaitu perilaku ibu dan lingkungan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko terjadinya karies. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross-sectional. Sampel sebanyak 430 anak berumur 10-12 tahun, faktor risiko karies yang diukur adalah pH saliva, banyaknya plak, dan pengalaman karies, perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi anak, perilaku ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi, dan perilaku ibu dalam pemilihan makanan anak. Faktor lingkungan terdiri atas pelaksanaan UKGS oleh guru dan pengaruh teman sebaya. Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko karies pada anak adalah pengalaman karies, banyaknya plak, pH saliva, perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi anak, perilaku ibu dalam pemilihan makanan anak, dan pelaksanaan UKGS oleh guru. (A’yun, Hendrartini, & Supartinah, 2016)
Anak yang mengalami obesitas memiliki insiden karies yang rendah. Kadar leptin saliva anak obesitas lebih tinggi dari anak normal. Leptin merupakan salah satu protein hormon yang terdapat di saliva. Protein saliva berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem di mulut. Artikel ini bertujuan mempelajari hubungan antara kadar leptin di dalam saliva dengan kejadian karies anak obesitas. Simpulan: Kadar leptin dalam saliva anak obesitas lebih tinggi dibanding anak normal. Rendahnya insiden karies anak obesitas berhubungan dengan kadar leptin di dalam saliva anak obesitas yang lebih tinggi dibandingkan anak normal. Perubahan komposisi saliva dan laju alir saliva pada anak obesitas juga menyebabkan rendahnya insiden karies dibandingkan dengan anak normal. (Atzmaryanni & Rizal, 2013)
Penyakit rongga mulut yang sering diderita anak adalah karies gigi. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan prevalensi karies gigi anak di Palembang sebesar 92,43%. Pempek makanan khas jenis karbohidrat lengket yang dimakan bersama kuahnya (cuko), kebiasaan anak di Palembang mengkonsumsi pempek lebih dari 2 kali sehari. Penelitian ini bertujuan memprediksi risiko terjadinya karies baru berdasarkan frekuensi konsumsi pempek di Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Kesimpulan penelitian, prediksi risiko terjadinya karies baru pada anak usia 11-12 tahun di Palembang termasuk kategori tinggi, pempek menyumbang 45,83% dari total konsumsi keseluruhan. Urutan prediksi risiko karies anak usia 11-12 tahun di Palembang, kerentanan, pola makan, bakteri dan faktor lain yang berpengaruh. (Widiati & Supartinah, 2014)
Anatomi pit dan fisura gigi  merupakan daerah rentan inisiasi karies gigi  molar satu permanen  yang tumbuh pada usia 6 tahun anak belum bisa melakukan kebersihan mulutnya. Pencegahan karies dapat dilakukan dengan cara menutup pit dan fissure atau pengolesan fluor  (topical fluoride application) pada permukaan gigi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan efektivitas fissure sealant   dan topical fluoride application untuk   mencegah karies gigi molar satu permanen anak usia 6 sampai 7 tahun .Penelitian ini merupakan experimental semu dengan  studi time series , evaluasi perlakuan dilakukan setelah 3 bulan, 3 bulan dan 8 bulan, Sampel diambil secara purposive yaitu  117 siswa kelas 2 SDN Kecamatan Pontianak Utara. Analisis  data menggunakan uji tes. Hasil penelitian  menunjukan fissure sealant lebih efektive mencegah karies pada molar satu permanen dibanding topical fluoride application pada tindakan fissure sealant setelah 8  bulan tidak ada gigi karies, 25 %  sealant  lepas sebagian dan 11% lepas seluruhnya. Gigi yang dilakukan pengolesan fluor setelah 6 bulan 3,9% gigi karies, bulan ke delapan 5,4% gigi  karies,  Ada perbedaan efektivitas yang signifikan antara  fissure sealant dengan  topical flouride application dalam mencegah karies gigi molar satu permanen dengan nilai p <0,05, yaitu pada bulan ke 6 (enam) nilai p : 0,004 dan pada bulan ke 8 (delapan) nilai p : 0,001. (Keperawatan Gigi & Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak, 2017)
Makanan berserat dan berair adalah makanan yang mengandung banyak serat dan juga air seperti pada buah– buahan dan sayur–sayuran, yang bersifat self cleansing (pembersihan) yang membutuhkan proses pengunyahan secara berulang–ulang seperti yang terdapat pada wortelPenelitian dilaksanakan pada tanggal 2 s/d 29 Agustus 2016 di Sekolah Dasar Negeri 26 Kota Banda Aceh. Populasi dan sampel keseluruhan subyek  yaitu seluruh anak usia 6 – 12 tahun sebanyak 194 anak, dari kelas 1sampai kelas 6 SD. Desain penelitian adalah eksperimen semu/quasi experimental yaitu memberikan perlakuan terhadap kelompok sampel. Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah sebelum dan sesudah perlakuan (pre and post test). Rancangan penelitian dengan menggunakan dua kelompok subyek yaitu kelompok sampel I mengkomsumsi wortel   Aceh dan  kelompok sampel ke II mengkomsumsi wortel Medan . Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan Debris indeks sebelum mengomsumsi wortel Aceh rerata debris indek  1,7 sesesudah mengkonsumsi wortel Aceh menjadi 0,6 sedangkan untuk wortrel Medan sebelum mengkomsumsi 1,8 sedangkan sesudah mengkonsumsi terjadi penurunan yaitu 0,7. Ada perbedaan Debris Indeks sebelum dan sesudah mengkonsumsi Wortel Aceh dan Wortel Medan (p< 0,005) Disarankan pada pihak sekolah, UKGS yang ada ataupun yang akan diprogramkan sekolah agar dapat memanfaatkan wortel untuk dikonsumsi sebagai salah satu upaya preventive dalam menurunkan prevalensi karies gigi. (Wilis, 2017)









Daftar pustaka
A’yun, Q., Hendrartini, J., & Supartinah, A. (2016). Pengaruh keadaan rongga mulut , perilaku ibu , dan lingkungan terhadap risiko karies pada anak. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 2(2), 86–94. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22146/majkedgiind.11267
Atzmaryanni, E., & Rizal, M. F. (2013). Kadar leptin saliva dan kejadian karies gigi anak obesitas (Salivary leptin levels and caries incidence in obese children). Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 46(3), 158. https://doi.org/10.20473/j.djmkg.v46.i3.p158-161
Gigi, F. K., Gigi, D. A. N., Serta, T., Yang, F., Andriany, P., Joelimar, F. A., & Djoharnas, H. (2008). PERBEDAAN POLA KURVA KEPARAHAN KARIES GIGI SUSU ANAK DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BAIK Pendahuluan responden , pemeriksaan , lintang ( cross sectional ), yang pengukuran. Andriany,P Joelimar,AF Djoharnas,H, 15(2), 247–253.
Husna, A. (2016). Peranan Orang tua Dan Perilaku Anak DAlam Menyikat Gigi Dengan Kejadian Karies. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(1), 17–23.
Keperawatan Gigi, J., & Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak, P. (2017). TOPICAL FLUORIDE APPLICATION DAN FISSURE SEALANT UNTUK MENCEGAH KA-RIES PADA GIGI MOLAR SATU PERMANEN Pawarti dan Fathiah. Jvk, 3(2), 98–102.
Prasetya, R. C. (2013). Perbandingan Jumlah Koloni Bakteri Saliva pada Anak-Anak Karies dan Non Karies Setelah Mengkonsumsi Minuman Berkarbonasi. Journal of Dentistry Indonesia, 15(1), 65–70. https://doi.org/10.14693/jdi.v15i1.86
Rezki, S., & Pawarti. (2014). Pengaruh Ph Plak Terhadap Angka Kebersihan Gigi Dan Angka Karies Gigi Anak Di Klinik Pelayanan Asuhan Poltekkes Pontianak Tahun 2013. ODONTO Dental Journal, 1, 13–18. https://doi.org/10.1016/j.biocontrol.2003.09.010
Susi, S., Bachtiar, H., & Azmi, U. (2012). Hubungan status sosial ekonomi orang tua gengan karies pada gigi sulung anak umur 4 dan 5 tahun. Majalah Kedokteran Andalas, 36, 96–105. https://doi.org/10.22338/mka.v36.i1.p96-105.2012
Widiati, S., & Supartinah, A. (2014). Prediksi Risiko Karies Baru Berdasarkan Konsumsi Pempek pada Anak Usia 11- 12 Tahun Di Palembang ( Tinjauan dengan Cariogram ). Maj Ked Gi, 117–121.
Wilis, R. (2017). DAN WORTEL MEDAN TERHADAP PERUBAHAN DEBRIS INDEKS PADA ANAK SEKOLAH DASAR ( Effectiveness eating carrots ( Daucus-carota ) from Aceh with Medan to changes in the index debris on elementary school children ). Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, 2(November), 126–131.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI PADA ANAK PENYANDANG DISABILITAS

Efektifitas Penggunaan Topical Application dan Fissure Sealant pada Anak dengan Usia 6-10 Tahun (Nur Fadila_P07125216024)

TOPIKAL APLIKASI FLUOR