FAKTOR RISIKO KARIES GIGI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH


FAKTOR RISIKO KARIES GIGI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
‘Ulya Khoirun Nisa
P07125216031
Sarjana Terapan Semester V
Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Usia pra sekolah adalah usia dimana anak masih sangat rentan terkena karies gigi. Usia tersebut antar 2-4 tahun. Diusia yang masih suka - sukanya terhadap makanan manis dan lengket serta tidak terbiasa menyikat gigi,sehingga hal tersebut membuat anak mengalami karies gigi. Berikut 10 jurnal artikel yang berkaitan dengan faktor risiko karies gigi pada anak pra sekolah :
Karies rampan merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada anak. Hal ini memengaruhi pertumbuhan serta perkembangan gigi anak. Karies rampan sering ditemukan pada anak usia balita dan penyebaran tertinggi pada anak usia 3 tahun. Masalah kesehatan mulut dapat memengaruhi sulung dan gigi tetap, tetapi gigi sulung lebih rentan terhadap karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. Jenis karies gigi sulung yang umum terjadi yaitu karies rampan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe karies rampan yang paling banyak ditemui yaitu pada tipe III 19 siswa (38,78%), kemudian terbanyak kedua ialah tipe I 14 siswa (28,57%), terbanyak ketiga yaitu tipe II 13 siswa (26,53%), dan yang paling sedikit yaitu tipe IV 3 siswa (6,12%).Kesimpulan dari penelitian ini yaitu karies rampan paling banyak dijumpai pada siswa yang berumur 5 tahun dan pada siswa yang berjenis kelamin perempuan. Tipe karies rampan yang paling banyak yaitu tipe III dan yang paling sedikit yaitu tipe IV. (Unaya Winda, Gunawan, & A. Wicaksono, 2015)
Karies merupakan permasalahan rongga mulut yang sering terjadi di dunia. AAPD mengeluarkan penilaian risiko karies (Caries Assessment Tool/CAT) yang akan membantu dokter gigi dalam membuat keputusan perawatan berdasarkan risiko karies. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penilaian risiko karies (CAT) dengan kejadian SECC, ECC (non-SECC) dan bebas karies usia dibawah 2 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penilaian risiko karies (CAT) dengan kejadian SECC dan bebas karies (p=0,000) . Elemen dari penilian CAT yang signifikan dengan kejadian SECC dan bebas karies, yaitu ibu memiliki karies aktif, status sosial ekonomi rendah, konsumsi makanan dan minuman ringan yang manis selain makan utama >3 kali sehari, anak mengonsumsi susu sebagai pengantar tidur,anak menggosok gigi setiap hari dengan pasta gigi berfluoride, anak memiliki white spot, kavitas, dan plak pada gigi.  (Gigi & Utara, 2018)
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan dimasyarakat, dimana tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi pada anak. Karies yang terjadi pada anak-anak ini biasanya disebut karies botol atau juga dikenal sebagai Early Childhood Caries. Pada penelitian ini, peneliti ingin membahas salah satu masalah pada balita, secara khusus pada kesehatan gigi pada balita yaitu konsumsi susu formula menggunakan botol serta kaitannya dengan resiko karies gigi pada balita. Jadi, resiko karies gigi sangat ditentukan oleh kebiasaan konsumsi susu dengan botol susu serta banyaknya konsumsi susu menggunakan botol dalam sehari. (Resiko et al., 2011)
Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan anak.  Karies karena pemberian susu botol (dikenal dengan nama baby bottle tooth decay/BBTD) biasanya terlihat pada anak usia 1-2 tahun. Kondisi yang sama akan terlihat pada anak yang mendapat ASI untuk jangka waktu yang lebih lama dari seharusnya. Karies rampan pada anak yang mendapat ASI dilaporkan terjadi karena anak dibiarkan menyusu pada malam hari saat tidur. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan status karies gigi sulung (dmf-t) antara anak yang mengkonsumsi ASI Eksklusif dengan anak yang mengkonsumsi/tidak mengkonsumsi ASI + PASI. Karies gigi sulung yang dinyatakan dengan indeks dmf-t lebih rendah pada kelompok ASI Eksklusif. (Yulita, Elly, & Victrix, 2008)
 Early Childhood Caries (ECC) merupakan karies yang mengenai gigi sulung pada anak-anak dibawah usia 71 bulan. gigi sulung mempunyai fungsi yang sama dengan gigi permanen dan juga berfungsi untuk menyediakan tempat bagi gigi permanen yang akan erupsi. Karies pada gigi sulung perjalannya cepat karena emailnya tipis sehingga mengakibatkan gigi tanggal sebelum waktunya (premature loss). Premature loss menyebabkan asupan makanan berkurang sehingga dapat menganggu pertumbuhan fisik dan otak, mengangguan fungsi bicara yang dapat menyebabkan rendahnya kepercayaan diri anak Pola minum susu dan pola makan merupakan factor resiko karies. Hal ini bertujuan melihat hubungan antara pola pemberian susu dengan Early Childhood Caries. Sampel dengan ASI dan makanan pendamping mempunyai indek deft lebih rendah dibanding non ASI dan MP. Pemberian ASI dapat menurunkan kejadian Early Childhood caries pada anak usia 2 sampai 5 tahun. (Susi et al., 2017)
Prevalensi karies botol di Indonesia cukup tinggi mencapai 48% yang disebabkan karena tingginya persentase anak minum susu botol dengan cara pemberian dilakukan sambil tidur. Konsumsi susu formula menggunakan botol dapat menyebabkan karies, karena produk susu mengandung karbohidrat. Karbohidrat yang berkontak dengan gigi akan difermentasikan oleh bakteri menjadi asam. Keadaan ini menyebabkan terjadinya proses demineralisasi yang melarutkan struktur enamel. Anak yang minum susu menggunakan botol menyebabkan cairan susu menggenang dan berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama akan menurunkan pH rongga mulut dan self cleansing berkurang sehingga terjadinya proses demineralisasi. Dapat disimpulkan bahwa karies anak yang mengkonsumsi susu botol lebih tinggi dibanding tanpa botol. (Adhani, 2017)
Severe Early Childhood Caries (S-ECC) atau Karies Anak Usia Dini Parah didefinisikan dengan adanya tanda-tanda karies pada permukaan yang halus pada gigi anak usia dibawah 3 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingkan kondisi saliva pada anak usia 2 tahun dengan S-ECC dan anak bebas karies setelah pengamatan 6 bulan dihubungan dengan pengalaman karies. Kondisi saliva tersebut terdiri dari pH, kapasitas buffer, laju alir dan volume saliva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada rerata kondisi saliva (pH, kapasitas buffer, laju alir dan volume) pada awal pemeriksaan dan setelah pengamatan 6 bulan pada anak S-ECC dan bebas karies. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa distribusi anak yang mengalami S-ECC dan anak bebas karies setelah pengamatan 6 bulan mengalami peningkatan. Kondisi saliva setelah pengamatan 6 bulan menjadi kurang baik sehingga dapat mempengaruhi penambahan karies pada anak. (Ningrum, 2018)
Karies gigi pada anak-anak usia prasekolah merupakan penyakit karies gigi yang sangat destruktif, sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan gigi-gigi permanennya. Faktor kebersihan mulut seperti adanya akumulasi plak merupakan faktor risiko terjadinya karies gigi pada anak-anak dan terdapat hubungan antara karies gigi anak dan indeks plak. Hal ini memiliki tujuan adalah untuk mengetahui hubungan antara plak gigi dengan tingkat keparahan karies anak usia prasekolah. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa usia 5 tahun merupakan usia anak yang paling banyak menderita karies gigi kategori parah Plak gigi merupakan faktor risiko terhadap tingkat keparahan karies gigi pada anak usia prasekolah. (Utama, 2013)
Anak usia 2-4 tahun memiliki kegelisahan untuk makan makanan manis, sementara orang tua tidak dapat pikiran kebiasaan untuk mengikat gigi, jika seorang anak tidak ingin menyikat gigi maka lebih baik dapat memaksa nya (anak sikat gigi terutama ketika mendekati tidur malam Jika (ketika sikat gigi yang tidak terbiasa maka dari kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak mengalami karies. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan posisi lama teman tentang kebersihan gigi dan mulut dengan kasus karies, dan mengetahui penyebab karies pada balita. Karies gigi  bisa dipengaruhi oleh kurangnya pendidikan orang tua kepada anak untuk menanamkan tidakan menjaga kebersihan gigi dan mulut agar terhindar dari karies gigi dengan cara mengajarkan menyikat gigi. (Sariningrum & Irdawati, 2009)
Dukungan sosial merupakan suatu hubungan interpersonal dimana individu satu memberikan dukungan kepada individu yang lain. Penelitian ini memiliki tujuan adalah untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan perilaku perawatan kesehatan gigi dan mulut pada anak karies gigi usia 4-6 tahun. Anak pada usia antara 4- 6 tahun bisa terhindar dari karies gigi dengan mendapatkan dukungan dari orang tuanya dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut anak tersebut, sehingga anak lebih terarah dan terbiasa menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Peran   orang   tua   sangat berpengaruh  dalam  merawat  dan  memelihara  kesehatan  gigi  anak  secara  teratur. disarankan  bagi  orang  tua  dapat meningkatkan  peran  dalam  membatasi  konsumsi  makanan  manis  pada  anak dengan membiasakan anak menyikat gigi sebelum tidur dan setelah makan. (Sosial et al., 2018)
semoga bermanfaat…..




DAFTAR PUSTAKA

Adhani, R. (2017). PERBANDINGAN INDEKS KARIES ANTARA ANAK YANG MENGKONSUMSI SUSU BOTOL DENGAN TANPA BOTOL USIA 2-5 TAHUN Tinjauan Playgroup Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin, 032, 205–210.
Gigi, F. K., & Utara, U. S. (2018). Penilaian Faktor Risiko Karies Pada Anak Usia Dibawah 2 Tahun Menurut American Academy of Pediatric Dentistry Di Kecamatan Medan Baru Dan Medan Polonia.
Ningrum, R. W. (2018). KONDISI SALIVA ( pH , KAPASITAS BUFFER , LAJU ALIR , DAN VOLUME ) PADA ANAK USIA 2 TAHUNDENGAN SEVERE EARLY CHILDHOOD CARIES ( S-ECC ) DAN BEBAS KARIES SETELAH PENGAMATAN 6 BULAN DIHUBUNGKAN DENGAN KARIES DI KECAMATAN MEDAN JOHOR UNIVERSITAS SUMATERA UTAR.
Resiko, T., Karies, T., Pada, G., Di, B., Rw, P., Studi, P., & Ilmu, S. (2011). HUBUNGAN KONSUMSI SUSU FORMULA MENGGUNAKAN BOTOL SUSU.
Sariningrum, E., & Irdawati. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang kebersihan Gigi dan Mulut Pada Anak Usia5 Tahun Dengan Tingkat Kejadian Karies. Pengetahuan Orang Tua Sangat Penting Dan, 2(3), 119–124.
Sosial, D., Dan, K., Anak, P., Karies, D., Dalam, G., Perawatan, M., … Kurnia, A. D. (2018). Family Social Support and Behavior of Children with Caries in Doing Dental and Oral Care, 9(2), 119–124. Retrieved from http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/5480
Susi, S., Aulia, R. K., Murniwati, M., Minarni, M., Barat, P. S., Dentistry, F., & Barat, P. S. (2017). Feeding Pattern Influences the Occurrence of Early Childhood Caries : A Study Case in Bukittinggi , Indonesia Pola Minum ASI Mempengaruhi Terjadi Early Childhood Caries pada Anak Dibawah, 2–7.
Unaya Winda, S., Gunawan, P., & A. Wicaksono, D. (2015). Gambaran Karies Rampan Pada Siswa Pendidikan Anak Usia Dini Di Desa Pineleng Ii Indah. Jurnal E-Gigi (eG), 3(1), 175–181. Retrieved from http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/6630/7966 
Utama, S. (2013). Hubungan antara plak gigi dengan tingkat keparahan karies gigi anak usia prasekolah. Insisiva Dental Journal, 2(2), p. 13.
Yulita, I., Elly, D., & Victrix, A. A. (2008). Air Susu Ibu Dan Karies Gigi Sulung. Jurnal Health Quality, 4, 69–76. Retrieved from http://poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/4Jurnal_Ita_Yulita.pdf


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI PADA ANAK PENYANDANG DISABILITAS

Efektifitas Penggunaan Topical Application dan Fissure Sealant pada Anak dengan Usia 6-10 Tahun (Nur Fadila_P07125216024)

TOPIKAL APLIKASI FLUOR