HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KARIES GIGI PADA ANAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KARIES GIGI PADA ANAK
oleh : Ermaya Mutia
Devi_P07125216036
Perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan dan kesadaran,
tidak terkecuali dengan kesehatan mulut juga. Hal ini diketahui bahwa
penyakit mulut dipengaruhi oleh faktor sosial, serta adanya hubungan antara
pengetahuan kesehatan mulut ibu dan status kesehatan mulut anak-anak mereka.
Sebanyak 400
kuesioner yang dibagikan oleh kepala sekolah TK pada ibu dari anak-anak yang
menghadiri 16 TK pemerintah di Qatar. Sebanyak
48% ibu berpikir bahwa anak-anak harus menyikat gigi dari usia tiga tahun dan
42% memilih lebih muda dari dua tahun sebagai usia awal untuk menyikat gigi.
Lebih dari setengah (54%) dari ibu-ibu berpikir bahwa anak-anak tidak harus
membersihkan gigi mereka dengan benang gigi. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa, meskipun adanya pengetahuan yang baik dari perawatan
kesehatan mulut, ada juga kekurangan dalam perawatan kesehatan mulut yang
diberikan kepada anak-anak.Hal ini mungkin mencerminkan bahwa mencari perawatan
gigi yang baik tidak sangat penting untuk mendapatkan akses ke dokter gigi
ramah anak dalam sistem kesehatan masyarakat di Qatar. (Alkhtib &
Morawala, 2018)
Penelitian
terdahulu tentang epidemiologi kesehatan gigi dan mulut menunjukan pravelensi
karies dan penyakit periodental di Indonesia terus meningkat. Karena
rendahnya pengetahuan orang tua terhadap kesehatan gigi anak tentang karies,
maka banyak anak mereka yang mengalami kerusakan gigi. Akan tetapi kerusakan gigi dapat dicegah. Untuk itu perlu
diketahui pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat terhadap kesehatan gigi
dan mulut, serta media informasi apa saja yang sering digunakan agar dapat
dimanfaatkan bila melakukan intervensi, (dental health education). Dan mengetahui akibat kebiasaan
buruk pada anak-anak, tahu kapan gigi anak mulai dibersihkan, membawa anak
berobat bila anak sakit gigi, tahu cara membersihkan gigi
bayi dan balita, tidak
memberikan gula pada susu bayi. Dan sebanyak 55% responden
mengaku mengetahui dengan baik tentang fungsi gigi, cara mencegah
gigi rusak, dan dental floss. Kemudian sebanyak >65% responden mengaku
memahami dengan baik tentang akibat gigi rusak, karang gigi.
Sikap responden terhadap cara
membersihkan karang gigi, perawatan gigi adalah kurang dari yang diharapkan yaitu
sebanyak <55%. (“3
Penget Sikap.Pdf,” n.d.)
Banyak
penyakit mulut anak dapat dicegah jika dokter mengenali dan mendorong perawatan
pencegahan dan merujuk pasien ke dokter gigi setiap kali diperlukan. Orang
tua biasanya mengunjungi dokter anak untuk perawatan rutin selama beberapa
tahun pertama kehidupan seorang anak. Oleh karena itu, dokter anak harus
dapat membantu para dokter gigi dengan mendidik orang tua untuk menjaga
kesehatan mulut anak-anak mereka. Secara keseluruhan, 60 subyek
berpartisipasi dalam studi. Kurang dari separuh responden tahu semua
faktor risiko utama karies gigi, gingivitis, dan maloklusi. Ada juga sikap
positif yang karies dapat dicegah (100%). Kurang dari 10% dari peserta
yang ditentukan suplemen fluoride diet untuk pasien mereka. (Sricharoenvej,
Siratechawiwat, Lanlua, Niyomchan, & Baimai, 2012)
Karies
gigi merupakan salah satu bentuk kerusakan gigi yang paling sering dialami
anak, dan dapat mengganggu proses tumbuh kembangnya. Peran serta orang tua
sangat diperlukan untuk membimbing, memberi pengertian,mengingatkan,dan
menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi
dan mulutnya. (Anwar,
1998)
Banyak
keterbatasan kesadaran orang tua dalam masyarakat Indonesia, terutama berkaitan
dengan kesehatan mulut anak. Oleh karena itu diperlukan penyebarluasan
kesadaran yang lebih tinggi di antara populasi orang Indonesia mengenai
mempertahankan status kesehatan mulut anak untuk mencapai kualitas hidup yang
lebih baik. (Nonong,
Setiawan, Dewi, & Navaneetha, 2014)
Para
orang tua di beri tahu dokter gigi anak dan percaya bahwa kunjungan rutin
penting dalam mencegah penyakit mulut. Selain itu para orang tua beranggapan
bahwa mereka mempunyai kewajiban dan tanggung jawab penting dalam
mencegah resiko karies gigi pada anak-anak mereka. (Di Giuseppe, Ga Nobile,
Marinelli, & Angelillo, 2006)
Kumuhnya
daerah tinggal serta rendahnya pengetahuan orang tua menganai karies gigi pada
anak menyebabkan indeks def-t (indeks karies gigi pada anak) pada siswa SD di
Kecamatan Penjaringan tahun 1999 adalah sebesar 0,507 tergolong sangat rendah. .
Tapi untuk presentase penyakit
kesehatan gigi dan mulut menempati urutan keempat dari sembilan pola penyakit
tidak menular yang utama pada masyarakat Penjaringan yaitu sebesar 2,79% pada
tahun 1999. (Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara, 2000). (Pengetahuan et al., 2000)
Dalam skala keparahan karies gigi yang diusulkan oleh
WHO , prevalensi masalah ini untuk anak sekolah 12 tahun dari Paulínia
meningkat dari sangat tinggi pada tahun 1980 menjadi prevalensi moderat pada
tahun 1994. Oleh karena itu perlu menggunakan metode pencegahan yang paling
bervariasi, menghindari kehilangan dan, umumnya, kehilangan gigi-gigi ini
secara dini. (Moreira, Pereira, & Oliveira, 1996)
Pemahaman
yang lebih baik dari faktor orangtua yang mungkin indikator risiko anak-anak
mengembangkan karies gigi adalah penting untuk pengembangan langkah-langkah
pencegahan. Orang tua
memainkan peran penting dalam mempromosikan sikap positif dan strategi terhadap
perilaku kesehatan mulut. Ibu adalah pengasuh anak yang cepat dan dapat
diandalkan di banyak negara, dan mereka memiliki peran sentral dalam memberikan
bimbingan yang efektif dan sikap positif terhadap kesehatan mulut. Di antara 502 ibu disertakan, 140 (27,8%) yang buta huruf dan 285 (60,9%) menyadari bahwa fluoride memiliki efek menguntungkan dalam pencegahan karies. Praktek ibu sendiri tentang perawatan gigi secara statistik berkaitan dengan penggunaan pelayanan perawatan gigi pada anak mereka. (Chala, Houzmali, Abouqal, & Abdallaoui, 2018)
Pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut pada anak tergantung kepada ibunya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Mayoritas ibu berusia 30-39 tahun, pendidikan menengah,
dengan Rp1.000.000, - Rp2.000.000, - pendapatan bulanan. Untuk anak-anak
mereka adalah anak perempuan relatif lebih tinggi dan 78,1% dengan status
kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Pengetahuan ibu tentang kesehatan
gigi dan mulut tidak berkorelasi dengan anak-anak gigi dan kesehatan status
mungkin terendah (30,1%) ibu pengetahuan tentang bruishing gigi dilakukan bersama-sama
dengan anak-anak mereka. Itu karena lebih dari separuh ibu sangat setuju
bahwa anak-anak mereka harus menyikat gigi dua kali sehari. Perilaku
ibu-ibu pada pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut tidak correalated karena
tidak ada karies gigi ditambal. Pusat Kesehatan primer harus meningkatkan
pendidikan di pengetahuan yang benar tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut anak-anak, terutama di kalangan ibu-ibu. (Anwar, 1998)
Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan orang tua terutama ibu sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan
mulut pada anak-anak terutama mengenai karies gigi yang terjadi pada anak
mereka. Semakin peduli orang tua terhadap kesehatan mulut anak, maka akan
semakin rendah juga tingkat karies gigi pada anak. selain itu
pendidikan dan promosi kesehatan mulut harus diselenggarakan agar banyak orang
tua mengerti untuk mendidik dan memberi informasi kepada anak-anak mereka
tentang langkah pencegahan karies gigi.
3 Penget Sikap.Pdf. (n.d.).
Alkhtib, A., & Morawala, A. (2018).
Knowledge, Attitudes, and Practices of Mothers of Preschool Children About Oral
Health in Qatar: A Cross-Sectional Survey. Dentistry Journal, 6(4),
51. https://doi.org/10.3390/dj6040051
Anwar, A. I. (1998). kesehatan gigi dan
mulut dengan status karies gigi murid taman kanak-kanak ), 19–24.
Chala, S., Houzmali, S., Abouqal, R.,
& Abdallaoui, F. (2018). Knowledge, attitudes and self-reported practices
toward children oral health among mother’s attending maternal and child’s
units, Salé, Morocco. BMC Public Health, 18(1), 2–9.
https://doi.org/10.1186/s12889-018-5542-2
Di Giuseppe, G., Ga Nobile, C., Marinelli,
A., & Angelillo, I. F. (2006). Knowledge, attitude and practices of
pediatricians regarding the prevention of oral diseases in Italy.
https://doi.org/10.1186/1471-2458-6-176
Moreira, B. H. W., Pereira, A. C., &
Oliveira, S. P. (1996). Evaluation of the prevalence of dental caries en
school-children in an urban area of Southeastern Brazil. Revista De
Saude Publica, 30(3), 280–284.
Nonong, Y. H., Setiawan, A., Dewi, F. D.,
& Navaneetha, C. (2014). Oral health knowledge among parents of autistic
child in Bandung-Indonesia. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 47(3),
146. https://doi.org/10.20473/j.djmkg.v47.i3.p146-152
Pengetahuan, H., Tentang, D. A. N. P.,
Gig, K., Indeks, T., Slswa, D. P., Kelas, S. D., … Penjaringan, K. (2000).
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TENTANG KARIES GIG1 TERHADAP INDEKS
DMF-T PADA SlSWA SD KELAS VI Dl DAERAH KUMUH DAN TlDAK KUMUH KECAMATAN
PENJARINGAN JAKARTA UTARA.
Sricharoenvej, S., Siratechawiwat, A.,
Lanlua, P., Niyomchan, A., & Baimai, S. (2012). Original Article, 64(February),
45–48. https://doi.org/10.4103/1658-5127.141993
Komentar
Posting Komentar