PENATALAKSANAAN IMPAKSI GIGI,ODONTEKTOMI, DAN INSTRUKSI PASCA PERAWATAN ODONTEKTOMI



PENATALAKSANAAN  IMPAKSI GIGI, ODONTEKTOMI
DAN INSTRUKSI PASCA PERAWATAN ODONTEKTOMI
Resha Widyasari P07125216033
Sarjana Terapan Keperawatan Gigi




Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu erupsi masing-masing jenis gigi, mulai dari fase gigi sulung sampai mengalami pergantian menjadi fase gigi permanen. Proses erupsi masing-masing gigi baik pada fase gigi sulung maupun permanen akan terjadi secara fisiologis dan jarang sekali mengalami gangguan. Gangguan erupsi pada umumnya akibat inflamasi kronis yang meyebabkan fibrosis mukosa di sekitarnya, ruangan yang tidak cukup karena perkembangan rahang yang tidak sempurna atau karena retensi geligi sulung, premature loss gigi sulung, dan nekrosis karena adanya infeksi. (Report, 2014)
Menurut Bishara etiologi gigi impaksi dapat disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer meliputi trauma pada gigi sulung, benih gigi tanggal prematur gigi sulung,dan erupsi gigi kaninus dalam celah pada kasus celah langit-langit. Faktor sekunder meliputi kelainan endokrin,defisiensi vitamin D, dan febrile diseases.(Eko & Sjamsudin, n.d.) (Amaliyana, Cholil, & Sukmana, 2013)

Definisi Gigi Impaksi Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang atau terhambat,biasanya oleh gigi di dekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.(Siagian, n.d.)
Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi ialah gigi posterior tetapi Gigi anterior juga dapat mengalami impaksi, tetapi jarang ditemukan.Pada gigi posterior, yang sering mengalami impaksi ialah gigi-gigi molar ketiga (48 dan 38) mandibula; molar ketiga (18 dan 28) maksila; premolar (44, 45, 34 dan 35) mandibula; dan premolar (14,15,24 dan 25) maksila. Gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi ialah: gigi-gigi kaninus maksila dan mandibula (13, 23, 33 dan 43), dan insisivus maksila dan mandibula (11, 21, 31 dan 41). (Siagian, n.d.)(Amaliyana et al., 2013)

Untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan suatu gigi mengalami impaksi atau tidak sangat penting dipahami masa erupsi masing-masing gigi pada setiap lengkung rahang.
Ada beberapa pilihan dalam perawatan gigi impaksi,antara lain: pencabutan atau pengambilan gigi impaksi,reposisi, bedah exposure dan ortodontik, serta replantasi.(Report, 2014)

Etiologi gigi impaksi
Terjadinya gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Berger, faktor-faktor penyebab gigi impaksi antara lain:
  • Kausa lokal
Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi ialah:
1. Posisi gigi yang abnormal
2. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi
5. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)
6. Pencabutan prematur pada gigi
7. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa di sekitar gigi
8. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang, antara lain karena inflamasi atau abses
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-anak
  • Kausa usia
Faktor usia juga turut berperan dalam menyebabkan terjadinya gigi impaksi tanpa harus disertai kausa lokal,(Siagian, n.d.)

Gigi yang impaksi (kaninus atau molar tiga) dapat menimbulkan sakit craniofacial, sakit yang kontinyu atau intermitten pada daerah kepala dan leher dapat timbul pada situasi tersebut. Rasa sakit dapat berupa migrain, neuralgia atipikal wajah, sakit karena kontraksi otot, dan disfungsi articulatio tempomandibularis.(Eko & Sjamsudin, n.d.)

Tanda atau keluhan gigi impaksi
Masalah yang sering dikeluhkan oleh mereka dengan gigi molar ketiga impaksi yaitu merasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rongga mulut. Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi ialah:
1. Inflamasi, yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi.
2. Resorpsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal
3. Kista (folikuler).
4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama (neuralgia).
5. Fraktur rahang (patah tulang rahang) (Siagian, n.d.)

Odontektomi adalah istilah suatu cara yang digunakan untuk mengambil gigi yang tidak erupsi dan gigi yang erupsi sebagian atau sisa akar yang tidak dapat diekstraksi dengan teknik biasa. Pada kasus odontektomi harus dilakukan pembedahan, pengeluaran gigi yang erupsi sebagian atau akar yang kuat yang tidak dapat dicabut dengan metode pencabutan tertutup, sehingga harus dikeluarkan secara bedah atau pencabutan dengan metode terbuka. Metode operasi pengambilan gigi impaksi tersebut dapat melalui extraoral dan intraoral. Pendekatan tindakan operasi ekstraoral yaitu melalui submandibular dan preaurikular. Pendekatan intraoral selalu disarankan karena tidak meninggalkan bekas luka pada wajah, namun akses ke subcondylar atau wilayah condylar mungkin sulit dicapai secara intraoral.(Saleh et al., n.d.)

Penatalaksaan impaksi pada gigi kaninus :
1.     Pertama dilakukan pemeriksaan radiografi
2.      Melakukan Teknik bedah exposure dengan flap tertutup berbentuk trapesium.
Prosedur bedah exposure gigi dilakukan sebagai berikut, pertama, operator mendudukkan pasien di kursi gigi dan memeriksa tanda vital pasien (tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan suhu tubuh).
3.      Pemberian antiseptik oral di dalam dan luar rongga mulut dengan povidone iodine Dilakukan anestesi lokal infiltrasi pada bagian labial dan palatinal regio gigi
4.      Setelah 10 menit dibuat flap pada bagian palatal Setelah kaninus terlihat lakukan penghilangan lapisan tipis pada lapisan tulang alveolar. Tulang pada bukal ridge sampai cingulum dibuang dengan menggunakan bur tulang low speed
5.      Flap dikembalikan pada posisi semula dan dijahit dengan menggunakan metode interrupted pada distal dan distal .Luka ditutup dengan tampon dan evaluasi perdarahan sekitar 10 menit (Report, 2014)

Terapi konvensional suatu gigi anterior impaksi adalah surgical exposure dan traksi secara ortodontik. Penanganan gigi impaksi kaninus dengan letak yang dalam lebih sukar dibandingkan gigi anterior di rahang atas lainnya. Hal ini disebabkan letaknya yang sedemikian rupa sehingga dalam proses erupsinya gigi kaninus impaksi tersebut sering terbentur dengan jaringan tulang yang keras.(Iswanto et al., 2015)(Achmad, 2009)

Perawatan konvensional untuk gigi anterior impaksi adalah surgical exposure dan traksi secara ortodontik. Prognosis untuk keberhasilan penempatan gigi kaninus ektopik sehingga dapat menempati lengkung gigi yang benar tergantung dari beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi, usia penderita, adanya diastema atau ruang, adanya gigi yang berdesakan, dimensi vertikal, terbalik atau tidaknya letak mahkota, inklinasi letak gigi terhadap garis media wajah (tidak lebih dari 45 derajat), mengalami ankylosis atau mempunyai akar yang bengkok.(Eko & Sjamsudin, n.d.)

Penatalaksaan impaksi pada gigi molar 3  :
1.      Anestesi
Anestesi yang digunakan berupa anestesi lokal, blok mandibula dan infiltrasi di bukal.
2.      Teknik operasi
Membuat insisi untuk pembuatan flep
3.      Prosedur insisi
4.      Pengambilan tulang
Gigi yang terpendam tersebut seluruh-nya dilapisi tulang; oleh karena itu tulang harus dibuang dengan bur. Bur yang dipakai yaitu bur bulat dan tajam. Bur yang besar dengan nomor 3-5 digunakan untuk tulang yang di bagian distal
5.      Pembersihan luka
Setelah gigi dikeluarkan, soket gigi di-bersihkan dari sisa-sisa tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ dibuang karena jika masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual
6.      Penutupan luka dan penjahitan
Flep dikembalikan pada tempatnya dan dijahit dengan teknik (Siagian, n.d.)

Perawatan untuk remaja :
Tindakan germinectomy pada gigi impaksi lebih menguntungkan dibandingkan dengan odontektomi dengan alasan komplikasi lebih rendah sebab trauma yang terjadi lebih kecil oleh karena proses pengambilannya lebih mudah serta proses kesembuhannya lebih cepat. Tindakan tersebut lebih baik dilakukan pada saat usia anak-anak atau remaja dikarenakan suplai darah pada anak-anak atau remaja lebih baik dibandingkan pada usia dewasa. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya malposisi pada gigi sebelahnya serta mencegah kemungkinan terjadinya kelainan yang lain, misalnya kista dentigerous atau rusaknya gigi sebelahnya.(Eko & Sjamsudin, n.d.)


Intruksi pasca perawatan
Pasien diberikan obat-obatan seperti antibiotik, analgetik, anti-inflamasi, vitamin (sebagai tambahan untuk meningkat-kan daya tahan tubuh), dan diminta untuk mengkomsumsi susu yang tinggi kalsium untuk mempercepat proses remodelling tulang.
Pasien diberikan petunjuk tertulis yaitu:
1. Pasien tidak boleh berkumur-kumur dan harus tetap menggigit tampon selama 24 jam.
2. Bila masih terdapat perdarahan, tampon harus diganti dengan tangan bersih.
3. Pasien harus beristirahat cukup dan tidak boleh berolahraga yang banyak mengeluarkan energi.
4. Tampon steril yang diletakkan pada daerah luka harus dibuang setelah setengah jam karena dapat menyebabkan infeksi.

Bila masih terjadi perdarahan, maka pasien tersebut harus datang kembali untuk diganti tamponnya. Bila terjadi perdarahan di rumah, pasien disuruh tidur dengan kepala agak ditinggikan. Pada keesokan harinya, pasien dapat berkumur-kumur dengan air garam hangat, dianjurkan setiap selesai makan. Pasien harus memakan makanan yang lunak dan bergizi. Pasien diminta datang kembali tiga hari kemudian untuk kontrol pertama; saat ini dilakukan pem-bersihan luka dengan air garam fisiologik, akuades dan iodine. Tujuh hari kemudian pasien kembali kontrol untuk membuka jahitan.(Siagian, n.d.) (Rahayu, 2014)




Bagi yang ingin melihat dan mengunduh artikel yang saya review, silahkan kunjungi link https://drive.google.com/file/d/1-q8JioncvfAXrN9XfjkeyektWDgfR7wd/view?usp=drivesdk


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. (2009). Penanganan delayed eruption karena impaksi gigi insisivus sentralis kiri dengan surgical exposure pada anak. Dentofacial Journal, 8(1), 48–54. Retrieved from http://unhas.ac.id/fkg/sub/jdentofasial/pages/ed5/pg (9).php
Amaliyana, E., Cholil, & Sukmana, B. I. (2013). Deskripsi Gigi Impaksi Molar Ke Tiga Rahang Bawah Di Rsud Ulin Banjarmasin. Dentino, 1(2), 134–137.
Eko, H., & Sjamsudin, J. (n.d.). Perawatan gigi impaksi anterior rahang atas pada remaja ( The treatment of maxillary anterior impacted teeth in adolescent ), 142–145.
Iswanto, H., S, I. T., Pendidikan, P., Gigi, D., Ilmu, S., Gigi, K., … Mada, U. G. (2015). STUDI KASUS Penatalaksanaan Impaksi Kaninus Kiri Atas dengan Posisi Horisontal pada Anak.
Evy Aida Vitria.: Penalalaksanaan Gigi Kaninus Rahang Atas lmpaksi.jurnal kedokteran gigi Universitas Indonesia ,2000
Evy Aida Vitria : PENATALAKSANAAN PRAKTIS GIGI PREMOLAR IMPAKS, jurnal kedokteran gigi Universitas Indonesia ,Vol 3, No 3 ,1995
Rahayu, S. (2014). Odontektomi, tatalaksana gigi bungsu impaksi. E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan, Vol 1, No, 81–89. https://doi.org/10.1007/978-3-642-28891-3_5
Report, C. (2014). Penatalaksanaan impaksi caninus permanen rahang atas dengan surgical exposure ( The management of impacted permanent canine with surgical exposure ), 47(3), 158–163.
Saleh, E., Pendidikan, P., Gigi, D., Gigi, F. K., Mada, U. G., Gigi, F. K., & Mada, U. G. (n.d.). STUDI KASUS Odontektomi Gigi Molar Ketiga Mandibula Impaksi Ektopik dengan Kista Dentigerous secara Ekstraoral, 85–91.
Siagian, K. V. (n.d.). PENATALAKSANAAN IMPAKSI GIGI MOLAR KETIGA BAWAH DENGAN KOMPLIKASINYA PADA DEWASA MUDA, 186–194.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI PADA ANAK PENYANDANG DISABILITAS

Efektifitas Penggunaan Topical Application dan Fissure Sealant pada Anak dengan Usia 6-10 Tahun (Nur Fadila_P07125216024)

TOPIKAL APLIKASI FLUOR