KARIES GIGI PADA ANAK

Nama               : Nuril F. Lamawatu

Jurusan            : Sarjana Terapan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

NIM                 : P07125216035



Karies gigi adalah salah satu penyakit gigi dan mulut pada dan sebagian besar terjadi karena gigi tidak dilakukan perawatan, sehingga berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.  (Quroti et al. 2016)

Karies anak usia dini (ECC) adalah salah satu yang paling umum penyakit menular kronis selama masa kanak-kanak. Bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa mikrobiota plak gigi sangat erat berkorelasi dengan ECC yang parah. Streptococcus, Veillonella,Actinomyces, dan Granulicatella telah ditemukan meningkat secara signifikan pada subjek dengan karies gigi,menunjukkan peran positif dalam perkembangan karies.  (Jiang, Zhang, and Chen 2013)

Karies awalnya muncul sebagai bintik-bintik putih di permukaan area gigi dekat margin gusi, kemudian menjadi kuning dan berputar coklat dan kemudian hitam  (Marrs, Trumbley, and Malik 2011)

Kesehatan mulut memainkan peran penting dalam mempertahankan tubuh manusia sehat. Kesehatan mulut yang baik akan meningkatkan kesehatan kita kemampuan untuk melakukan berbagai fungsi oral dan ingestive,seperti berbicara, mengunyah, dan menelan (Dawkins et al. 2013)  namun,Kerusakan gigi yang tidak diobati dapat menyebabkan kesulitan makan dan tidur, rasa sakit, kebutuhan untuk perawatan pemulihan invasif, darurat kunjungan,rawat inap,kualitas hidup yang buruk, masalah kesehatan sistemik , dan, dalam kasus yang jarang terjadi, kematian. (Chi et al. 2014).

Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor langsung dan tidak langsung. Faktor-faktor yang berperan langsung dalam proses karies adalah plak gigi,mikroorganisme, dan pola makan karbohidrat.

Kriteria dan batas katagori faktor risiko karies


Tinggi
Rendah
Baik
Buruk
Ph Saliva
˃ 6,5
˂ 6,5


Banyaknya plak/indeks PHPM
˃ 30
˂ 30


Pengalaman karies/Indeks def-t dan DMF-T
˃ 3
˂ 3


Perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan
˃ 2
˂ 2


Perilaku ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak
17-24
0-16
17-24
0-16
Perilaku ibu dalam pemilihan makanan anak



16-21
0-15
Penatalaksanaan UKGS oleh guru


3
0-2
Pengaruh teman sebaya


3-4
0-2



Banyaknya plak berpengaruh terhadap risiko karies. Plak adalah salah satu faktor risiko karies karena berisi deposit lengket bakteri dan produk-produknya yang terbentuk dan menempel pada permukaan gigi. Apabila plak tidak dibersihkan mengakibatkan penurunan pH. Plak pada permukaan gigi bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, membutuhkan waktu 30-60 menit. Plak pada permukaan gigi yang tidak segera dibersihkan mengakibatkan penurunan pH plak dan apabila melampaui batas kritis menyebabkan demineralisasi email berupa bercak putih atau white spot, dan apabila terus berlanjut, mengakibatkan karies gigi.

Selain faktor langsung,karies juga dipengaruhi oleh faktor tidak langsung. Faktor tidak langsung yang berperan dalam terjadinya karies antara lain adalah sosioekonomi, perilaku, dan lingkungan. Lingkungan anak berpengaruh terhadap risiko terjadinya karies, antara lain sekolah dan teman sebaya. Salah satu lingkungan sekolah yang berperan dalam membentuk perilaku anak dalam memelihara kesehatan gigi adalah pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). (Quroti et al. 2016)

Dalam hal perilaku,biasanya anak-anak sangat suka mengkonsumsi minuman manis berkadar gula tinggi ,makanan cepat saji, makanan manis,seperti coklat,permen,dan lain sebagainya. Selain itu timbulnya masalah tersebut bisa terjadi karena faktor perilaku atau mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Peranan orang tua sangat dibutuhkan dalam hal ini. Menurut Notoatmodjo (2012) anak juga belajar dari apa yang mereka lihat,dengar,dan dari pengalaman tentang suatu kejadian. Anak belajar dari melalui pengamatan mereka terhadap suatu kegiatan yang dilakukan oleh ayah dan ibunya. Anak akan meniru kegiatan ibu-ayah sehingga mereka memperoleh pengalaman tentang suatu kejadian.  (Orang, Dan, and Anak 2012).

Bahkan untuk meminimalisir atau sedikit mengurangi kadar zat tersebut para ahli juga memberi perhatian terhadap obat yang akan dikonsumsi oleh anak . Gula-Gula yang terkandung dalam fermentable Karbohidrat, seperti susu, jus, dan pati, dihidrolisis oleh saliva amilase. Proses ini mengarah ke produk akhir asam yang menghasilkan bakteri dengan demineralisasi selanjutnya. 

Alternatif dari hal tersebut adalah perawat perlu memberi saran orang tua untuk memilih dan berkampanye obat bebas gula. Xylitol, zat alami yang ditemukan dalam buah, sayuran, dan tumbuhan, dan diproduksi oleh tubuh manusia dengan normal metabolisme, memiliki menenangkan dingin properti yang membuatnya bermanfaat bagi orang dengan mulut kering. Sebagai antiplak agen dalam sikat gigi dan gel, Xylitol telah digunakan sejak 1960-an dalam produk seperti mengunyah permen karet, sirup, dan obat kumur.  (Marrs et al. 2011).

Sedangkan berdasarkan faktor sosioekonomi,karena anak-anak kecil belum dapat membangun sosioekonomi mereka sendiri, mereka diklasifikasikan menurut posisi sosioekonomi orang tua mereka . Tingkat pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, pendapatan rumah tangga bersih, orangtua tunggal dianggap sebagai indikator untuk SEP. indikator SEP lainnya. Tingkat pendidikan ayah, status pekerjaan orang tua, dan penghasilan rumah tangga juga berfungsi sebagai indikator independen dari SEP pada anak-anak dengan karies parah. Orang tua dengan tingkat pendidikan rendah akan memiliki tingkat kesehatan yang lebih buruk, pola makan yang lebih buruk dan perilaku kesehatan mulut dan pemanfaatan layanan kesehatan yang lebih rendah. Orang dewasa dengan penghasilan rendah , cenderung jarang mengunjungi seorang dokter gigi daripada orang dewasa dengan penghasilan yang lebih tinggi. Hasilnya,kami berspekulasi bahwa anak-anak mereka juga tidak akan mengunjungi dokter gigi. Sebagian karena alasan keuangan dan sebagian karena tidak tertarik atau ketidaktahuan.

(Tas et al. 2017).

Status sosial ekonomi rendah (SES), salah satunya determinan karies terkuat pada anak-anak, dikaitkan dengan kerawanan pangan,didefinisikan sebagai akses yang tidak memadai ke makanan yang menghasilkan makanan,kekurangan, pola makan terganggu, dan kelaparan. Kerawanan pangan, pada gilirannya, dikaitkan dengan perilaku terkait kesehatan mulut, termasuk peningkatan karbohidrat yang dapat difermentasi asupan. (Chi et al. 2014) Selain itu,Nutrisi dan kesehatan gigi dan mulut memiliki kaitan yang erat terutama pada anak yang memiliki fase tumbuh kembang. Nutrisi yang baik dan tepat penting untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi merupakan salah satu penyakit infeksi kronis yang paling sering terjadi pada anak dan memiliki kaitan erat dengan nutrisi. (Gigi-mulut 2015).

Adanya karies pada anak dapat menyebabkan berbagai masalah,terutama dengan kesehatan umum anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Pada anak yang memiliki karies sering kali ditemukan keluhan seperti,anak sulit makan karena adanya rasa sakit bila menyungah,makanan sering di emut,bahkan lebih lanjut sering terjadi pembengkakan atau abses. Karies gigi harus segera ditanggulangi terutama untuk menghentikan keluhan yang dirasakan,menghilangkan faktor penyebab utama,menanggulangi akibat adanya patologis pada gigi dan jaringan mulut lainnya. Selanjutnya melakukan pencegahan secara berkesinambungan agar kesehatan gigi dan mulut dapat terjaga dengan baik.  (Anon n.d.)

Penanganan untuk karies gigi anak pada umumnya sudah mengikuti kemajuan perkembangan bahan kedokteran gigi. Bahan sewarna gigi antara lain Glass Ionomer banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi anak,antara lain dapat untuk pencegahan karies dengan pit fissure sealent,sebagai  bahan penambalan gigi anterior dan posterior pada anak,dan juga sebagai bahan untuk sementasi. Ada tiga macam bahan sewarna gigi yang dipakai dalam bidang kedokteran gigi anak,bahan resin komposit,semen glass ionomer,dan bahan kompomer. Masing-masing mempunyai indikasi dan keunggulannya sendiri. Pada dasarnya apabila akan menggunakan bahan tersebut persiapan atau preparasi gigi harus dapat memanfaatkan sifat masing-masing bahan. Hal itu semua sangat diperlukan untuk perawatan gigi anak.  (Anon n.d.)

































Daftar Pustaka

Anon. n.d. “Bahan Sewarna.Pdf.”

Anon. n.d. “Penanganan Dan Keluhan Anak.Pdf.”

Chi, Donald L., Erin E. Masterson, Adam C. Carle, Lloyd A. Mancl, and Susan E. Coldwell. 2014. “Socioeconomic Status , Food Security , and Dental Caries in US Children : Mediation Analyses of Data From the National Health and Nutrition Examination Survey , 2007 – 2008.” 104(5):2007–8.

Dawkins, Erika, Akihiko Michimi, Gregory Ellis-griffith, Tina Peterson, Daniel Carter, and Gary English. 2013. “Dental Caries among Children Visiting a Mobile Dental Clinic in South Central Kentucky : A Pooled Cross-Sectional Study.”

Gigi-mulut, Kesehatan. 2015. “Nutrisi Dan Kesehatan Gigi-Mulut Pada Anak.” 17(6):71–75.

Jiang, Wen, Jie Zhang, and Hui Chen. 2013. “Pyrosequencing Analysis of Oral Microbiota in Children with Severe Early Childhood Dental Caries.” 537–42.

Marrs, Jo-ann, Sharon Trumbley, and Gaurav Malik. 2011. “Early Childhood Caries : Determining the Risk Factors For Nursing Intervention “ T.” 37(1):9–16.

Orang, Peranan, T. U. A. Dan, and Perilaku Anak. 2012. “Peranan Orang Tua Dan Perilaku Anak Dalam Menyikat Gigi Dengan Kejadian Karies Anak.” 1–7.

Quroti, A., Julita Hendrartini, Al Supartinah, Jurusan Keperawatan Gigi, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan, and Mada Yogyakarta. 2016. “Pengaruh Keadaan Rongga Mulut , Perilaku Ibu , Dan Lingkungan Terhadap Risiko Karies Pada Anak.” 2(2):86–94.

Tas, Justin T. Van Der, Lea Kragt, Marlies E. C. Elfrink, Loes C. M. Bertens, Vincent W. V Jaddoe, Henriëtte A. Moll, Edwin M. Ongkosuwito, and Eppo B. Wolvius. 2017. “Social Inequalities and Dental Caries in Six-Year-Old Children from the Netherland S.” Journal of Dentistry 62(December 2016):18–24.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI PADA ANAK PENYANDANG DISABILITAS

Efektifitas Penggunaan Topical Application dan Fissure Sealant pada Anak dengan Usia 6-10 Tahun (Nur Fadila_P07125216024)

TOPIKAL APLIKASI FLUOR