Memelihara Kesehatan Gigi Anak


 Memelihara Kesehatan Gigi Anak
Oleh :  Nur Shofiyah (P07125216030)

Dental caries is a multifactorial infectious microbial disease of the teeth that results in localized dissolution and destruction of the calcified tissues often resulting in cavitation. Dental caries continues to be a major public health problem despite the fact that caries is preventable and has posed an international public health challenge, especially among young children causing pain, discomfort, and absenteeism from school. 1
Dikutip dari jurnal “Dental caries status in 6 – 14 year old schoolchildren of rural Channagiri” Karies gigi adalah penyakit mikroba menular multifaktorial gigi yang mengakibatkan pembubaran lokal dan perusakan jaringan kalsifikasi yang kemudian menghasilkan kavitasi. Karies gigi terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama meskipun fakta bahwa karies dapat dicegah dan telah menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat internasional, terutama di kalangan anak anak sekolah.
Early childhood caries (ECC) is the term used to describe the presence of decayed, missing or restored teeth in primary dentition of children younger than 6 years. The World Health Organisation (WHO) considers ECC to be one of the most prevalent diseases in childhood. 2
Karies pada anak anak usia dini adalah istilah yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan keadaan dari gigi berlubang, gigi yang hilang atau gigi yang sudah dirawat pada gigi susu anak anak dibawah 6 tahun. Dalam jurnal tersebut juga terdapat pernyataan bahwa WHO menetapkan ECC atau karies pada anak usia dini menjadi penyakit yang paling umum di kalangan masyarakat.  
Di dunia ini, Tuhan menciptakan anak anak yang memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Kita semua tahu bahwa selain anak anak normal di Indonesia banyak anak anak yang special. Disini bukan berarti mereka buruk, namun mereka berbeda kita biasa menyebutnya dengan penyandang disabilitas.
Many surveys have claimed that the oral health of children with disabilities is poorer than that of normal children in terms of either dental caries or periodontal disease. 3
Banyak survey yang menyatakan bahwa kesehatan mulut anak anak disabilitas lebih buruk dari anak anak normal baik dalam hal karies gigi maupun masalah periodontal.
Sebagian besar masalah gigi dan mulut anak anak disebabkan oleh asupan makanan kariogenik yang tidak diimbangi dengan menyikat gigi. Anak-anak cenderung menyukai makanan dan minuman yang manis, namun jika tidak diimbangi dengan penjagaan kesehatan gigi dan mulut anak anak dapat berdampak buruk pada kesehatan gigi mulut.
Children with MR tend to have poor oral health. A higher number of decayed teeth and a higher prevalence of caries were statistically significantly related to eating sweets and not having good oral hygiene habits of toothbrushing after eating.3
Sebuah studi mengatakan anak anak dengan keterbelakangan mental cenderung memiliki kesehatan mulut yang buruk. Tingginya jumlah gigi berlubang dan tingginya prevalensi karies yang signifikan menurut statistik berhubungan dengan makan permen dan tidak memiliki kebiasaan oral hygiene yang baik dalam hal menyikat gigi setelah makan.
Dewasa ini dalam upaya pemerintah menanggulangi masalah karies anak pemerintah meminta institusi pendidikan memberikan upaya upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut. Di Indonesia sendiri pemerintah sudah mengadakan gerakan pencegahan karies bagi anak-anak melalui puskesmas puskesmas agar mengadakan kegiatan pemeriksaan gigi anak anak SD di sekolah sekolah dasar Indonesia. Selain di Indonesia, sekolah dasar di Banjaluka India juga melakukan program pencegahan untuk meningkatkan kesehatan gigi murid muridnya.
Data analysis showed that preventive programme which is continuously managing in primary schools in Banjaluka since 2005 resulted in decrease of decayed teeth and improved oral hygiene in children included in programme. 4
Analisis data dari hasil upaya yang dilakukan adalah bahwa program pencegahan yang berkelanjutan di sekolah dasar di Banjaluka sejak tahun 2005 menghasilkan penurunan gigi berlubang dan peningkatan kesehatan gigi para siswa yang terlibat penelitian.
Usaha yang biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui yankesgilut dalam upaya mencegah kerusakan gigi anak adalah perawatan topical aplikasi fluor dan perawatan pit fissure sealant pada gigi molar 1 permanen anak, dan pemberian penyuluhan pendidikan kesehatan gigi anak.
Pencegahan karies dapat dilakukan dengan cara menutup pit dan fissure atau pengolesan fluor  (topical fluoride application) pada permukaan gigi. Tindakan  pengolesan fluor bertujuan   untuk  melindungi  gigi  dari karies, Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah terbukti menghambat  pembentukan  asam  dan  pertumbuhan  mikroorganisme  sehingga  menghasilkan peningkatan  yang   signifikan   dalam  mempertahankan  permukaan  gigi  dari  proses  karies. (Angela, 2005).
Fissure sealant bertujuan  agar terjadi penetrasi bahan  ke  dalam  pit  dan  fissure   sehingga  menutup  daerah tersebut dari masuknya bakteri dan debris. Pertimbangan lain yang perlu  diperhatikan  dalam  pemberian   fissure  sealant  adalah  umur  anak  yang berhubungan  dengan  waktu  awal  erupsi  gigi-gigi   tersebut.  Umur  3-4  tahun merupakan waktu yang tepat untuk pemberian fissure sealant pada  gigi sulung; umur 6-7 tahun merupakan saat erupsi gigi permanen molar pertama; umur 11-13 tahun merupakan saatnya molar kedua dan premolar erupsi. 5

Dalam suatu penelitian dinyatakan bahwa :
  1. Children’s knowledge and skills of oral hygiene mostly depends on habits and approach of their parents and their attitude regarding oral hygiene of their children.Sebuah Penelitian mengatakan pengetahuan dan ketrampilan anak dalam kesehatan mulut sangat bergantung pada kebiasaan dan pendekatan orang tuanya dan sikap orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya.
  2. The oral health education and motivation formulated for the visually impaired children was effective in improving their oral health status.Pendidikan kesehatan mulut dan motivasi diformulasikan untuk anak-anak tunanetra efektif dalam meningkatkan status kesehatan mulut mereka.
  3. Health education plays a very important role in maintaining health of individuals. Good oral health, as a part of general health, is largely dependent on the level of knowledge, attitudes and habits that children already have. Children often do not have a clear idea of why it is necessary to brush their teeth, and most do not think about the importance of prevention of oral diseases, which increases the risk of caries and gingivitis. Bagi anak – anak, pendidikan kesehatan gigi memberikan peran yang sangat penting dalam upaya menjaga kesehatan kesehatan gigi dan mulut individu. Kesehatan mulut yang baik, sebagai bagian dari kesehatan umum, sangat bergantung pada tingkat pengetahuan, sikap, dan kebiasaan yang dimiliki anak. Anak-anak seringkali tidak memiliki pemikiran yang jelas mengapa menyikat gigi itu penting, dan kebanyakan tidak memikirkan pentingnya upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut, hingga bisa miningkatkan resiko karies dan gingivitis.
Beberapa penelitian tersebut menunjukkan keefektifan pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut individu. Berdasarkan pemaparan diatas maka peran tenaga kesehatan dalam melakukan edukasi kepada anak anak sangat penting.  Selain itu edukasi juga harus diberikan kepada orang tua karena yang akan berperan banyak untuk mengajari anak anak adalah orang tuanya.
Children aged 3–4 years who brushed their teeth themselves had more caries compared to children who brushed their teeth under the supervision of the parents. 9
Untuk mengatasi hal ini maka diperlakukan pendampingan yang extra dari orang tua atau pengasuh agar membersamai anak anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya
Jika para orang tua berfikir memerintahkan anak untuk menyikat gigi sudah cukup untuk menjaga kesehatan mulut anak, maka akan menyebabkan upaya penjagaan tidak merhasil secara maksimal. Karena dalam menyikat gigi terdapat hal hal yang perlu diperhatikan agar dalam menyikat gigi perlu memperhatikan beberapa hal misalnya, harus membersihkan semua bagian gigi, tidak boleh menyikat gigi terlalu keras, dan menggunakan pasta gigi cukup sebesar biji kacang, waktu yang baik adalah 15 menit setelah makan.
Untuk mencapai kesehatan yang baik, maka pemeliharaan kesehatan gigi dan rongga mulut pada masyarakat memerlukan beberapa hal penting, antara lain motivasi dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, pemeriksaan berkala gigi dan mulut ke dokter gigi, dan pemahaman individu mengenai cara memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. 10
Usaha dari pemerintah memang terbukti memiliki dampak yang baik,namun ternyata peran orang tua ternyata sangat penting dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya. Karena jika hanya dilakukan tindakan pencegahan di sekolah namun tidak ada kontrol tersendiri dari orang tua untuk menanamkan sikap sikap menjaga kesehatan gigi, maka usaha yang dilakukan sekolah tidak akan maksimal. Ketika kita berbicara tentang motivasi anak-anak yang paling berperan penting adalah orang tua. Karena di masa anak-anak yang orang tua adalah contoh dan yang anak anak percaya adalah orang tuanya.


Referensi
1.           Mohammadi SN, Prashant GM, Kumar PGN, Sushanth VH, Imranulla M. Dental caries status in 6 – 14 ‑ year ‑ old schoolchildren of rural Channagiri , Davangere : A cross ‑ sectional survey. 2015:389-392. doi:10.4103/2319-5932.171181
2.           Chen KJ, Gao SS. Managing Early Childhood Caries for Young Children in China. 2018. doi:10.3390/healthcare6010011
3.           Liu H, Huang S, Hsuao S, Chen C. Dental caries associated with dietary and toothbrushing habits of 6- to 12-year-old mentally retarded children in Taiwan. 2009;4(2):61-74. doi:10.1016/S1991-7902(09)60010-6
4.           Knežević R, Skrobić I, Ćelić B, Zubović N. Preventive Programme for Improving Oral Health in Primary School Children in Banjaluka. 2009;56:123-129. doi:10.2298/SGS0903123K
5.           Application TF, Sealant F. Topical fluoride application. 2017;3(2):1-5.
6.           Markeviciute G, Narbutaite J. Effectiveness of a Motivation and Practical Skills Development Methods on the Oral Hygiene of Orphans Children in Kaunas ,. 6(3). doi:10.5037/jomr.2015.6302
7.           Effect of oral health education and fluoridated dentifrices on the oral health status of visually impaired children. 2012;3(4):398-401. doi:10.4103/0976-237X.107425
8.           Davidovi B, Ivanovi M, Jankovi S, Le J. Knowledge , attitudes and behavior of children in relation to oral health Informisanost , stavovi i ponašanje djece prema oralnom zdravlju. 2014;71(10):949-956. doi:10.2298/VSP130714034D
9.           Shilpashree KB, Manjunath C, Ramakrishna T. Risk factors for predicting early childhood caries in Anganwadi children in Bangalore city : A cross ‑ sectional study. 2016:2016-2019. doi:10.4103/2319-5932.183802
10.        Nurrahma R, Samad R. Penggunaan tongue scraper dan kebersihan gigi dan mulut setelah penyuluhan pada anak Panti Asuhan Ashabul Kahfi Makassar Using tounge scraper and oral-dental hygiene after counseling at children of. :19-23.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI PADA ANAK PENYANDANG DISABILITAS

Efektifitas Penggunaan Topical Application dan Fissure Sealant pada Anak dengan Usia 6-10 Tahun (Nur Fadila_P07125216024)

TOPIKAL APLIKASI FLUOR