PENGARUH MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT
PENGARUH MEROKOK TERHADAP
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Oleh
:
Celsha Ameika Anggraini
(P07125216008)
Sarjana
Terapan Keperawatan Gigi
Semester V
Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
Kebiasaan merokok merupakan hal yang biasa kita
jumpai, baik pada individu dengan tingkat pendidikan
rendah maupun tingkat
pendidikan tinggi, dan
tidak mengenal status
ekonomi. Dalam proses merokok, sebelum hasil pembakaran rokok sampai ke
paru-paru. mulut adalah organ pertama yang berkontak langsung dengan hasil
pembakaran rokok yang mengakibatkan kelainan pada mulut karena efek pembakaran
tembakau dalam mulut akan berpengaruh pada gigi dan jaringan lunak mulut.
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap
asapnya baik menggunakan rokok
maupun menggunakan pipa.
Merokok mempengaruhi kesehatan,
sehingga setiap individu perlu memperhatikan
kesehatan tubuh secara
umum, tertutama kesehatan
gigi dan mulut,
karena kesehatan gigi dan
mulut dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh secara
menyeluruh. Di bawah ini adalah beberapa jurnal artikel yang akan membahas
pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut.
Dalam artikel yang ditulis oleh Wulandari
Asiking, Julia Rottie dan Reginus Malara menjelaskan bahwa merokok masih
merupakan masalah kesehatan dunia
karena dapat menyebabkan berbagai penyakit dan
bahkan kematian. Merokok sudah
menjadi kebiasaan yang lazim
ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dan meluas di
masyarakat. Data World Health
Organization (WHO) tahun
2012 menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ke
tiga dengan jumlah
perokok terbesar di dunia
setelah China dan
India.
Dalam artikel yang diteliti oleh Meriza
Kharis Novitasar, Vonny Wowor dan Wulan P. J. Kaunang. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
lebih dari sepertiga pelajar dilaporkan mulai terbiasa merokok.Ada tiga
diantara sepuluh pelajar menyatakan pertama kali merokok pada usia dibawah 10
tahun. Prevalensi perokok remaja Indonesia yang
berusia 13-15 tahun mengalami peningkatan dari
12,6% di tahun 2006 menjadi 20,3% pada tahun 2009. Data
Riskesdas tahun 2010 menunjukkan adanya peningkatan persentase perokok aktif
hingga mencapai 67% pada remaja laki-laki, dan 2,7% pada remaja perempuan dari
jumlah penduduk.
Hasil artikel yang ditulis oleh Andina
Rizkia Putri Kusuma menjelaskan bahwa rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang dibakar,
akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Rokok menghasilkan suatu pembakaran yang
tidak sempurna yang dapat diendapkan dalam
tubuh ketika dihisap. Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%). Komponen
gas asap rokok terdiri
dari Karbonmonoksida, Karbondioksida, Hidrogen sianida,
Amoniak, oksida dari Nitrogen
dan senyawa Hidrokarbon.
Partikel rokok terdiri dari
tar, nikotin, benzantraccne, benzopiren,
fenol, cadmium, indol, karbarzol dan
kresol. Zat-zat ini
beracun, mengiritasi dan
menimbulkan kanker (karsinogen).
Nikotin merupakan komponen
yang paling banyak dijumpai di
dalam rokok.
Dalam artikel yang diteliti oleh Nururrahmah. Akibat buruk kebiasaan merokok bagi kesehatan telah
banyak di bahas. Hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa kurang lebih 50%
para perokok yang merokok sejak remaja akan meningggal akibat penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok telah terbukti
berhubungan dengan kurang lebih 25 jenis penyakit dari berbagai organ tubuh
manusia. Penyakit tersebut, antara lain: kanker mulut, esophagus, faring, laring,
paru, pancreas, kandung
kemih, dan penyakit
pembuluh darah. Hal itu dipengaruhi
pula oleh kebiasaan meminum alkohol serta factor lain. (Aditama, 1995)
Dalam artikel yang ditulis oleh Niniek L.
Pratiwi dan Lestari Kanthiwiludjeng. Kebersihan mulut sangat mempengaruhi kesehatan rongga mulut khususnya kesehatan
jaringan periodonsium, dalam arti bahwa bila kebersihan mulut kurang baik maka frekuensi terjadinya
kelainan di rongga mulut lebih sering dibandingkan dengan kebersihan mulut yang
baik. Kebersihan mulut seseorang dapat ditentukan dari banyaknya plaWdebris
serta kalkulus yang dinyatakan dalarn
indeks. Merokok merupakan salah satu fakor mudah melekatnya debris pada gigi.
Hal ini dapat meninggikan terjadinya kebersihan
mulut yang jelek, apalagi frekuensi
merokok di Indonesia masih tinggi. Dari hasil SKRT didapatkan kebiasaan
merokokpada laki-laki usia 14 tahun ke
atas sebesar 45.8% dan pada wanita dengan usia yang sama 2.9%. Mengingat bahwa
jika debris dibiarkan akan berkembang menjadi karang gigi. Dengan adanyafaktor
rokok, debris lebih mudah melekat, ini yang selanjutnya, bila dibiarkan akan
menjadi karang gigi dan menyebabkan gingivitis
Dalam artikel yang ditulis oleh Priska M.
Poana, Ni Wayan Mariat dan P. S.
Anindita
menjelaskan gingiva merupakan salah satu bagian jaringan lunak mulut. Panas dan
akumulasi produk-produk hasil pembakaran
rokok dapat mempengaruhi respon inflamasi gingiva. Selain itu, tar yang
terkandung dalam asap rokok mengendap pada permukaan gigi dan menyebabkan permukaan
gigi menjadi kasar, sehingga mudah dilekati plak. Akumulasi plak pada tepi
margin gingiva diperparah dengan kebersihan
mulut yang kurang baik, sehingga dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada
gingiva
Hasil artikel yang ditulis oleh.Nabila Syifa
menjelaskan bahwa kebiasaan
merokok merupakan salah satu factor risiko terjadinya penyakit periodontal dan
dapat menurunkan status kesehatan gigi dan mulut. Menurut Arowojolu, 2013
merokok menyebabkan perubahan warna pada gigi, membuat permukaan gigi menjadi
kasar dan meningkatkan akumulasi plak. Dan kesehatan gigi dan mulut perokok
lebih rendah dibandingkan non perokok.
Dalam artikel yang diteliri oleh Eddy Kasim menjelaskan bahwa semuanya menjadi
jelas pada periodontitis yaitu dengan adanya prevalensi periodontitis yang
menonjol akibat dari kebiasaan merokok. Estimasi saat ini menunjukkan bahwa
merokok dapat meningkatkan >20% prevalensi periodontitis pada kelompok usia
muda. Bila berhenti merokok dapat menurunkan prevalensi kerusakan berat dari
penyakit periodontal sebesar 1-2%.
Dalam artikel yang ditulis oleh Cut Marisa
Diba, Zuraida Usman Bany dan Sunnati menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan
dampak merokok terhadap kesehatan
rongga mulut dengan status
kebersihan gigi dan
mulut sebesar 16,9%.
Dalam artikel yang diteliti oleh Anggun
Wulandari, Fauzie Rahman, Lenie Marlinae
dan Syamsul Arifin mengingat akibat negatif yang ditimbulkan oleh rokok
dan melihat semakin tingginya minat konsumen
rokok terhadap rokok,
pemerintah berupaya melindungi
kesehatan masyarakat dari bahaya rokok. Pemerintah mengeluarkan peraturan
menteri kesehatan nomor 28 tahun 2013 yang mewajibkan setiap produsen rokok
untuk mencantumkan peringatan bergambar pada setiap kemasan rokok. Harapan pemerintah dengan adanya penerapan peringatan
bergambar pada setiap kemasan rokok ini adalah meningkatkan pengetahuan perokok
tentang risiko kesehatan akibat merokok, serta adanya asosiasi peningkatan
motivasi untuk berhenti merokok.
Dalam artikel yang diteliti Rizanna Rosemary
menyimpulkan hasil temuan
penelitian ini menunjukkan bahwa peers dan significant others tidak terlalu
berpengaruh dalam upaya mahasiswa meninggalkan tembakau. Pemahaman mahasiswa
dan significant others akan bahaya rokok bagi kesehatan diri dan lingkungan
sekitar (passsive smokers) masih sangat terbatas. Argumen bahwa rokok lebih
baik dan tidak sebahaya ganja (zat adiktif lainnya) menjustifkasi minimnya pengetahuan
mereka secara umum tentang dampak rokok bagi kesehatan.
Jadi kesimpulannya adalah hasil pembakaran rokok
mengandung berbagai jenis toksin dan agen karsinogen yang dapat membahayakan,
tidak hanya pada orang yang merokok (perokok aktif), tetapi juga pada orang
disekitar perokok (perokok pasif). Selain
dapat menyebabkan terjadinya
penyakit sistemik seperti
kanker paru, penyakit kardiovaskuler, risiko
terjadinya neoplasma larynx,
esophagus, merokok juga terbukti berhubungan dengan munculnya berbagai
kelainan gigi dan rongga mulut. Sebagai
tenaga kesehatan dan mahasiswa,
kita hendaknya dapat
mengambil peranan penting
dalam mengedukasi dan memotivasi masyarakat untuk menghindari rokok,
dengan memberikan gambaran tentang berbagai
bahaya merokok, terutama
yang berhubungan dengan kelainan gigi dan rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar