Pentingnya Kesadaran Orang Tua Akan Kesehatan Gigi Anak dan Dirinya Sendiri
Cintya Dyah Ayu Saputri
P07125216016
Sarjana Terapan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Karies anak
usia dini (ECC) adalah masalah gigi yang paling umum ditemui pada anak-anak. Di
Indonesia, prevalensi karies pada anak usia 3-5 tahun terus meningkat (Sutjipto, Herawati, & Kuntari, 2014). Pada tahun 2001, prevalensi
karies pada anak-anak usia 3-5 tahun di DKI Jakarta adalah 81,2%. Prevalensi
karies pada anak-anak balita di Indonesia adalah sekitar 90,05% (Sutjipto et al., 2014). Prevalensi tinggi tersebut
dapat mempengaruhi kualitas hidup anak-anak serta memiliki potensi resiko
karies gigi sulung yang tinggi, maka ECC (Early Childhood Caries) merupakan
kondisi yang paling serius yang dapat merugikan anak-anak (Sutjipto et al., 2014). Hal tersebut disebabkan
karena kurangnya pencegahan pada usia dini.
Masyarakat
Indonesia cenderung mencegah penyakit ketimbang mengobati, sekalipun sudah
mengetahui akan adanya bahaya sebuah penyakit. Banyak alasan yang diutarakan
masyarakat yang enggan melakukan perawatan gigi, seperti :
- Biaya yang mahal
WHO,
Kantor Regional untuk Asia Tenggara melalui Strategi Oral Health di Asia
Tenggara, 2013-2020, memberikan pernyataan bahwa perawatan mulut terletak pada
posisi ke empat yang paling mahal dan perlu biaya yang sangat mahal. Penelitian
menyatakan ada perbedaan dengan pendapatan seseorang terkait perilaku
pengobatan untuk penyakit gigi dan mulut (Yani & Rokhmah, 2017)
- Pendapatan Seseorang
Ada
perbedaan dengan pendapatan seseorang terkait perilaku pengobatan untuk
penyakit gigi dan mulut (Yani & Rokhmah, 2017)
- Kurangnya Kesadaran
Kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya tindakan preventif atau pencegahan sebelum
terjadinya suatu keluhan.
Untuk
mengurangi tingginya angka karies pada anak perlu dilakukan upaya pencegahan
penyakit gigi perlu dilakukan sedini mungkin pada usia anak-anak. Anak-anak
melaporkan untuk kunjungan gigi pertama paling sering setelah umur 6 tahun
dengan keluhan seperti sakit dan karies gigi (Meera, Muthu, Phanibabu, & Rathnaprabhu, 2008). Hal tersebut menunjukan
kurangnya perhatian akan pentingnya melakukan perawatan preventif pada gigi. Akademi
Ilmu Kesehatan Anak dan Kedokteran Gigi Anak sekarang merekomendasikan semua
anak-anak menerima pemeriksaan kesehatan mulut yang komprehensif oleh dokter
gigi dengan usia 12 bulan dan menetapkan jadwal untuk pemeriksaan selanjutnya
dan perawatan pencegahan dari setiap 6 bulan rata-rata (Huebner, Bell, & Reed, 2013). Kunjungan gigi awal, sebelum
selesainya usia 12 bulan, akan membantu dokter gigi untuk mendeteksi lesi awal;
mengevaluasi perkembangan kraniofasial dan gigi; memberikan bimbingan
antisipatif, konseling orang tua, dan konseling diet; dan memotivasi orang tua
terhadap intervensi pencegahan berorientasi.
Orang tua
sangat berperan penting dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut di usia dini. Sikap
orang tua dan perilaku, terutama ibu-ibu dalam menjaga kesehatan gigi memiliki
pengaruh yang signifikan pada perilaku anak-anak. Pemeliharaan gigi anak-anak
harus dilakukan sejak dini, dari gigi primer pada gigi permanen. Orang tua
harus memberikan perhatian serius kepada anak-anak mereka karena pertumbuhan
gigi permanen anak-anak ditentukan oleh kondisi gigi primer. Ibu dengan
pengetahuan yang baik berlaku orangtua otoritatif untuk mencegah anak-anak
karies gigi. Ibu dengan pengetahuan yang baik akan mendidik anaknya untuk
mencegah karies dini (Knowledge, Pinat, & Health, 2008). Penelitian oleh Leny Marlina
A. Pinat, dkk membuktikan semakin baik tingkat pendidikan ibu maka semakin baik
pula kesehatan anak.
Pendekatan
yang paling tepat untuk pengelolaan anak-anak dengan karies gigi baru telah
menjadi fokus perdebatan yang cukup (Fayle, 2003). Meyakinkan untuk dokter gigi,
ketika diminta untuk memilih pengobatan untuk anak mereka yang memiliki gigi
karies, mayoritas orang tua dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa mereka
akan meninggalkan keputusan ke dokter gigi (Fayle, 2003). Ketika gigi tidak sakit,
sebagian besar lebih menginginkan pemantauan saja daripada restorasi (Fayle, 2003). Namun, jika gigi menjadi lebih
sakit, lebih dari setengah orang memilih restorasi daripada ekstraksi (Fayle, 2003). Kecemasan Parentally dinilai
dari anak atau perilaku kehadiran gigi masa lalu mereka tidak memiliki hubungan
dengan orang tua pref-perbedaan-perbedaan untuk perawatan anak-anak mereka (Fayle, 2003).
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak sekolah lebih mudah menerima pesan video
(film animasi), presentasi power point dan demonstrasi praktis dibandingkan
dengan metode pendidikan melalui materi pendidikan cetak (Balcoş et al., n.d.). Metode yang paling efektif
transmisi pesan pendidikan diwakili oleh presentasi power point, dikombinasikan
dengan demonstrasi praktis atau pemutaran animasi (Balcoş et al., n.d.).
Permasalahan lain yaitu tidak
hanya tingginya karies pada anak-anak, tetapi kurangnya kesadaran pula akan
pencegahan itu sendiri. Prevalensi perawatan gigi pencegahan adalah lebih
rendah dari perawatan kuratif (Murakami, Aida, Ohkubo, & Hashimoto, 2014). Hasil penelitian menunjukkan
ketimpangan terkait pendapatan digunakan perawatan gigi preventif antara
laki-laki, meskipun tidak ada gradien terkait pendapatan yang signifikan dari
penggunaan perawatan gigi kuratif antara laki-laki atau perempuan (Murakami et al., 2014). Tingkat pendidikan memiliki
hubungan positif dengan penggunaan perawatan gigi preventif hanya di kalangan
wanita (Murakami et al., 2014).
Kesehatan masyarakat berupaya untuk
mendidik orang tua untuk mencari preventif perawatan kesehatan mulut dini dan
berkelanjutan, daripada layanan dalam menanggapi masalah, dapat menghasilkan
manfaat kesehatan mulut kemudian di masa kecil dan selama hidup (Bell, Huebner, & Reed, 2012). Dari hasil pemeriksaan gigi
para responden ternyata banyak yang mengeluh sakit ,gigi. Kendati demikian, mereka
bertahan sampai terasa sangat sakit, dan mereka berusaha mengobati sendiri.
Pengobatan yang dilakukan mereka kebanyakan secara tradisional, antara lain
dengan menggunakan minyak cengkeh atau dengan berkumur-kumur (Budiharto & Suryati, 1992). Hal tersebut menunjukan
ternyata tidak hanya kesadaran para orang tua untuk menjaga kesehatan ggigi
anaknya , tetapi masih rendah pula tingkat kesadaran orang tua itu sendiri akan
pentingnya menjaga kesehatan gigi pribadi.
Dalam artikel ini, penulis
berharap para orang tua lebih menjaga kesadaran akan perlunya pencegahan gigi
sejak dini pada anaknya dan pada dirinya sendiri pada interval waktu tertentu,
secara terus-rnenerus.
Balcoş, C., Bălan,
A., Savin, C., Gavrilă, L., Prisecariu-rados, A., & Sîrghe, A. P. (n.d.).
THE ROLE OF HEALTH EDUCATION IN SOME PRE-SCHOOL AND SCHOOL COMMUNITIES OF IAŞI.
Bell, J. F.,
Huebner, C. E., & Reed, S. C. (2012). Oral health need and access to dental
services: Evidence from the national survey of children’s health, 2007. Maternal
and Child Health Journal, 16(SUPPL. 1), 27–34.
https://doi.org/10.1007/s10995-012-0992-0
Budiharto, M.,
& Suryati, T. (1992). PENGETAHUAN DAM SIKAP USlLA TERHADAP KESEHATAN GIG1, 1.
Fayle, S. a.
(2003). Research Summary: What treatment do patients want for their children’s
carious deciduous teeth? British Dental Journal, 195(8), 449–449.
https://doi.org/10.1038/sj.bdj.4810598
Huebner, C.
E., Bell, J. F., & Reed, S. C. (2013). Receipt of preventive oral health
care by U.S. children: A population-based study of the 2005-2008 medical
expenditure panel surveys. Maternal and Child Health Journal, 17(9),
1582–1590. https://doi.org/10.1007/s10995-012-1168-7
Knowledge, M.,
Pinat, L. M. A., & Health, D. (2008). The Correlation between Mother’s
Knowledge and Parenting Toward Childhood Caries in the Remote Area Leny Marlina
A. Pinat 1 , Darmawan Setijanto 2* , Taufan Bramantoro 2 1., 905–909.
Meera, R.,
Muthu, M. S., Phanibabu, M., & Rathnaprabhu, V. (2008). First dental visit
of a child. Journal of the Indian Society of Pedodontics and Preventive
Dentistry, 26 Suppl 2, S68-71. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19075451
Murakami, K.,
Aida, J., Ohkubo, T., & Hashimoto, H. (2014). Income-related inequalities
in preventive and curative dental care use among working-age Japanese adults in
urban areas: A cross-sectional study. BMC Oral Health, 14(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/1472-6831-14-117
Sutjipto, R.
W., Herawati, H., & Kuntari, S. (2014). Prevalensi early childhood caries
dan severe early childhood caries pada anak prasekolah di Gunung Anyar Surabaya
(The prevalences of early childhood caries and severe early childhood caries in
preschool children at Gunung Anyar Surabaya). Dental Journal (Majalah
Kedokteran Gigi), 47(4), 186.
https://doi.org/10.20473/j.djmkg.v47.i4.p186-189
Yani, R. W.
E., & Rokhmah, D. (2017). The difference of sex, age, and income on the
treatment searching behavior for oral disease. Journal of International
Dental and Medical Research, 10(2), 318–321.
Komentar
Posting Komentar